Wednesday, August 29, 2012

Jenis-jenis Cara Membiayai Pendidikan Pascasarjana di Amerika Serikat

Hari ini gue ikutan workshop yang ngebahas tentang funding opportunities untuk graduate school. Jadi dalam workshop tersebut dibahas mengenai cara-cara yang bisa kita jadikan pertimbangan untuk membantu membiayai pendidikan pascasarjana kita di US. Secara gitu ya, mahal buanget gitu loh sekolah di sini, apalagi untuk kita-kita international students.

Sistem pendanaan untuk pendidikan pascasarjana di Amerika Serikat bisa dibilang cukup berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, masih umum kita denger kalimat-kalimat seperti, "Ah ntar dulu deh sekolah lagi, ngumpulin duit dulu," dan pandangan tersebut dikarenakan asumsi yang beredar yaitu kalo mau sekolah ya mesti punya uang, karena kita sendiri yang harus bayar biayanya. Either that atau option lain adalah cari beasiswa.

Begitu gue sampe di US dan mulai mengenal lebih dalam budaya pendidikan pascasarjana disini, ternyata oh ternyata untuk sistem pembiayaannya, yang selanjutnya akan gue sebut funding, lebih banyak alternatif yang bisa kita jelajahi selain biaya sendiri dan beasiswa.

Overall, terdapat 3 jenis funding yang bisa dieksplorasi untuk membiayai pendidikan pascasarjana di US. Ketiga jenis tersebut pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
1. Free money, yaitu dalam bentuk fellowship atau scholarship
2. Work, yaitu dalam bentuk assistantship
3. Loans, yaitu dalam bentuk financial aid

Yang dibahas tadi di workshop cuma jenis nomer 1 dan 2 karena umumnya student akan mencari option untuk kedua jenis tersebut daripada yang ketiga. Oleh karena itu, dalam post ini gue juga akan bahas lebih kepada kedua jenis tersebut.

Kalo berbicara jumlah, di unversitas gue sekarang ini, hanya 5% dari seluruh mahasiswa pascasarjana yang dibiayai lewat fellowship/scholarship sementara sekitar 70% mahasiswa pascasarjana biayanya datang dari assistantship. Jadi keliatan kan kalo jumlah fellowship/scholarship yang tersedia memang lebih sedikit and in consequence juga kesempatan dapetnya jauh lebih ketat dan kompetitif. Sebagian besar mahasiswa S2 dan S3 umumnya memiliki funding dalam bentuk assistantship. Bahkan sebagian besar kolega-kolega di department gue juga begitu. Jarang banget gue temui mahasiswa pascasarjana yang sekolah pake biaya sendiri, kecuali mereka-mereka yang ngambil professional degree seperti MBA.

Jadi, apa bedanya fellowship/scholarship sama assistantship? Seperti yang sudah dipaparkan dalam list di atas, kalo fellowship/scholarship itu istilahnya kita dikasih uang untuk sekolah. Ya beasiswa gitu deh. Biasanya kalo dapet fellowship/scholarship, kita tinggal tau beres. Uang sekolah bakal ditanggung dan biaya hidup bulanan (yang disebut stipend) bakal dikasih selama jangka waktu fellowship/scholarship tersebut. Kalo dapet fellowship/scholarship, kita gak terikat apapun sama universitasnya. Kita tinggal mikirin sekolah dan lulus. Tapi memang ada kemungkinan kita akan terikat sama institusi atau lembaga yang ngasih fellowship/scholarship tersebut. Tergantung, tiap-tiap fellowship/scholarship punya requirements yang berbeda.

Beda lagi kalo yang namanya assistantship. Assistantship itu bentuknya kerjaan. Jadi kalo kita dapet assistantship, kita statusnya kerja untuk universitas. Kita bakal dapat gaji (yang disebut salary) dan sebagai kompensasi atas employment kita, kita dibebaskan dari biaya sekolah. Assistantship biasanya ditawarkan dalam 3 bentuk: research assistantship, teaching assistantship, sama administrative/professional assistantship.

Untuk research assistantship, nantinya selain sekolah, kita juga bakal kerja yaitu dalam bentuk research.
Heh? Ngapain tuh?
Research merupakan komponen yang amat sangat penting di institusi pendidikan di US, apalagi untuk universitas-universitas yang memang research-based. Karena ongoing research happens, para dosen-dosen akan meng-hire graduate student untuk membantu dalam pelaksaan researchnya. Untuk assistantship jenis ini, selain mesti ngurusin sekolah kita sendiri (dateng ke kelas, ngerjain tugas, nulis tesis) kita juga mesti ikut ngurusin research project dosen tersebut. If you're lucky, bisa jadi research project kerjaan kita itu juga merangkap sebagai topik untuk tesis. Jadi kita gak perlu kerja dua kali. But often juga, research project kerjaan kita bisa jadi beda sama topik tesis. Kalo kayak gini, berarti waktu kita nantinya bakal terbagi buat mikirin dua (atau bahkan bisa lebih) jenis project yang berbeda.

Untuk teaching assistantship, kerjaan kita nantinya adalah either ngajar atau periksain pe-er mahasiswa S1.
Heh? Ngajar? Ngajar kelas?
Iya. Biasanya untuk jenis assistantship seperti ini, kita bakal diminta ngajar kelas-kelas dasar tingkat S1. Umumnya kelas-kelasnya tipe-tipe yang mahasiswanya bakal bejibun. Bisa juga kerjaan kita bukan ngajar tapi meriksain tugas-tugas mahasiswa bejibun tersebut. It depends on what task is going to be assigned to you. Untuk teaching assistantship, preferrably yang dipilih adalah mereka-mereka yang kemampuan komunikasi dalam bahasa inggrisnya bagus. Kadang malah mesti ikut test tambahan untuk sertifikasi kalo kita layak ngajar. Kan kasian ntar kalo mahasiswanya pada nggak ngerti kita ngomong apaan.

Untuk administrative/professional assistantship, kerjaan kita bakal banyak ngurusin hal-hal berbau administrative atau specific task-oriented work.
Heh? Gimana tuh maksudnya?
Misalnya kita kerja sebagai data analyst atau webmaster untuk department kita. Itu bakal dianggap sebagai administrative/professional assistant. Atau misal kita diminta kerja dibagian consulting untuk entrepreneurial development. Atau bisa juga kita diminta melakukan clerical work semacam print ini itu, fotokopi ini itu, ngirim email ini itu, jawab email ini itu, dan sejenisnya.

Jadi, bagusnya yang mana dong ya funding buat kita? Ya tergantung. Tergantung kesempatan yang bakal kita dapet dan juga tergantung kita kira-kira kemampuannya seperti apa. Tentu saja tergantung hoki juga. Kalo bisa dapetin fellowship/scholarship, bagus banget tuh karena kan jadinya gak perlu kerja apa-apa lagi dan kita bisa fokus ke sekolah kita. Hanya saja, buat dapetin fellowship/scholarship itu butuh usaha dan tekad yang ekstra dan juga persiapan dan niat yang matang. Juga kesabaran tingkat tinggi karena prosesnya nggak akan sebentar. Untuk assistantship, banyak cara buat dapetinnya dan biasanya nggak seribet atau seformal fellowship/scholarship. Cuman ya itu, pertimbangin dengan baik work load yang nantinya jadi tanggung jawab kita, karena selain mesti mikirin sekolah kita sendiri, kita juga mesti mikirin kerjaan kita.

Terus, gimana dong caranya buat daftar atau apply untuk funding?

Sebelum daftar, ada bagusnya mesti persiapan dulu dong. Nah, ada beberapa hal yang gue tulis tentang persiapan daftar atau apply funding di post dengan judul 'Persiapan Mencari Funding untuk Pendidikan Pascasarjana di Amerika Serikat'.

Semoga bermanfaat and I hope you got something out of this post.

1 comment:

  1. Wah,, menarik ya sistemnya..
    Nice info, neng

    Caranya bijimane? Tak tunggu post selanjutnya ya...:)

    ReplyDelete